Kamis, 09 Juli 2015

Kuda Pustaka di Purbalingga Mendunia

Kuda Pustaka di Purbalingga Mendunia

Sempat Dikira Jual Buku, Ini Cerita Ridwan saat Mengawali Kuda Pustaka




Purbalingga - Perpustakaan keliling dengan mengunakan kuda memang tak biasa. Mungkin karena itulah, Ridwan Sururi (41) mengalami hal-hal tak terduga saat mengawali berkeliling dengan kuda sambil meminjamkan buku ke anak-anak di lereng Gunung Slamet.

"Ada yang nanya, sekarang jualan buku ya?" kata Ridwan menirukan ucapan warga saat melihat ia berkeliling dengan kuda dengan buku-buku dicantolkan di pelana modifikasi bertuliskan 'Kuda Pustaka Gunung Slamet'.

Mengenang hal yang terjadi Januari lalu itu, Ridwan tersenyum. Jujur saja, saat itu ia malu. Ia jadi perhatian orang saat melintas. Semua penasaran. Ada yang bertanya, ada yang hanya melihat dengan raut muka heran.

Lokasi pertama yang dikunjungi Ridwan adalah Taman Pendidikan Quran (TPQ) Miftahul Huda yang berjarak 2-3 km dari rumahnya. Di sana, ia langsung dikerubuti anak-anak. Awalnya anak-anak tertarik si kuda, tapi kemudian bertanya soal buku-buku di punggung Luna sore itu.

"Ada anak yang tanya, jualan buku ya Pak? Saya bilang ini dipinjamkan, ini perpustakaan, kamu boleh pinjam, dipilih-pilih aja," kata Ridwan yang ditemui detikcom akhir pekan lalu di rumahnya, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah.

Anak-anak bertanya soal biaya pinjam, lalu Ridwan mengatakan tak perlu membayar. "Dari situ, akhirnya anak-anak pada pinjam. Seminggu berikutnya, saya datang lagi untuk mengambil buku dan menawarkan buku lagi," papar ayah tiga anak ini.

Mengawali kuda pustaka, Ridwan berbekal 136 buku kiriman temannya di Jakarta. Sebagian buku merupakan komik, sisanya buku pengetahuan umum.

Merasa ada respons luar biasa, Ridwan merambah ke SDN 5 Serang dan TPQ Miftahul Ulum. Saking banyaknya anak yang berminat membaca dan meminjam buku, ia sempat bingung soal stok. Beruntung, kepala desa setempat mempersilakan Ridwan meminjam buku di Perpustakaan Desa untuk dibawa keliling.

Awal Mula Kuda Pustaka

Berawal dari obrolan sesama pecinta kuda antara Ridwan Sururi (41) dengan temannya yang berada di Jakarta, Nirwan Arsuka yang dikenalnya melalui media sosial, munculah ide agar hobi merawat kuda juga bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Nirwan mengusulkan agar dibuat perpustakaan keliling dengan media kuda yang diberi nama 'Kuda Perpus'.

Sesaat itu pula, Ridwan langsung menyetujui ide Nirwan tersebut, namun dia kebingungan dengan buku-buku yang akan digunakan untuk sarana perpustakaan keliling itu. Apalagi dirinya tidak mempunyai uang untuk membeli buku-buku tersebut.

"Ada teman sesama pecinta kuda dari Jakarta, suatu saat kita ngobrol gimana agar hobi kita bisa bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat umum, lalu dia bilang gimana kalau kita buat perpustakaan keliling dengan medianya pakai kuda. Spontan saya bilang itu ide bangus, tapi saya bingung ini buku dari mana, saya tidak punya uang, lalu dia bilang buku tidak usah khawatir nanti saya kirim ke Jawa," Kata Ridwan Sururi kepada detikcom, Sabtu (23/5/2015) meniru perkataan temannya saat itu.

Desember 2014 dua kardus berisi buku tiba di rumah Ridwan, di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah. Dengan semangat dirinya langsung menata buku-buku tersebut untuk dibawa keliling menggunakan kuda kesayangannya Luna. Bahkan wadah yang akan ditaruh di punggung luna sebagai tempat buku juga sudah dia siapkan, namun ternyata cuaca di Lereng Gunung Slamet pada saat itu tidak mendukung, hampir setiap hari hujan terus turun.

"Desember 2014 buku sampai di rumah, ada 2 kardus dengan jumlah 136 buku yang pertama datang. Saya semangat sekali dan sudah langsung ingin keliling tapi cuaca tidak mendukung, hujan terus setiap hari padahal rak (wadah) sudah dibikin dan sudah saya coba dipunggung Luna cocok," ujarnya.

Awal Januari 2015 cuaca terlihat sangat bersahabat, tanpa pikir panjang, Ridwan langsung tancap gas keliling membawa buku dengan wadah kayu yang dia tulis 'Kuda Pustaka Gunung Slamet' dan diletakkan di punggung Luna. Tujuannya adalah tempat berkumpulnya anak-anak, seperti di TPQ dan SD.

"Pertama agak malu, orang-orang di lingkungan pada liatin, ada juga yang nanya jualan buku apa sekarang?, tapi saya jelaskan ini perpustakaan keliling," katanya.

Kuda pustaka ala Ridwan telah berjalan 5 bulan. Akankah terus berlanjut? Bagaimana respons keluarga? Bagaimana Ridwan meyakinkan mereka soal pentingnya 'pekerjaan' yang tak menghasilkan uang tersebut? Ikuti lanjutan ceritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir diblog ini. Silahkan tinggalkan jejak anda dengan berkomentar di kotak komentar yang sudah disediakan.

Silahkan Berkomentar Lewat Facebook